Libasnews7.com – OKU Timur, Sangat disayangkan rupanya Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi yang ditetapkan Pemerintah belum tentu dipahami semua petani.
Salah satunya Santoso, petani desa Peracak Jaya Kecamatan Jaya Pura Kabupaten OKU Timur.
Ketika berbincang dengan jurnalis pada Jumat, 19 April 2024 dikediamannya, ia mengatakan
beberapa hari lalu telah membeli pupuk di kios Pak Cipto dengan harga pupuk sepasang (2 zak) yakni RP 325 ribu (Urea dan NPK), selanjutnya ia malah balik bertanya, berapa sebenarnya harga pupuk bersubsidi.
Guna memberikan wawasan pada petani agar tidak dirugikan dikemudian hari oleh pengecer nakal yang mempermainkan HET, dijelaskan bahwa HET yang diatur pemerintah melalui Keputusan Menteri Nomor 734 Tahun 2022 adalah Urea 2250/kg dan 2300/kg, jika dikalkulasikan Urea Rp 112.500 per sak dan NPK Rp 115.000 per sak.
Setelah berbincang dengan petani, jurnalis selanjutnya melakukan penelusuran kios yang dimaksud Santoso, ternyata kios pupuk tersebut adalah Toko Pupuk Rhatri yang beralamat di desa Peracak Jaya Kecamatan Jaya Pura Kabupaten OKU Timur.
Namun sayangnya pemilik kios tidak berhasil dikonfirmasi karena sedang tidak berada ditempat.
Selain diketahui dari Keputusan Menteri, kewajiban Pengecer menjual Pupuk bersubsidi sesuai HET, dituangkan juga dalam Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) antara pengecer dan distributor.
Artinya, jika pengecer melanggar aturan pemerintah dan mengingkari SPJB, perbuatan tersebut terindikasi sebagai bentuk perbuatan melawan hukum dan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana ekonomi.
Dengan begitu, diharapkan agar aparat penegak hukum menindak tegas pengecer nakal yang melanggar aturan.
Disisi lain, penjualan pupuk bersubsidi melampaui HET bukan hanya telah menzalimi hak-hak petani, tetapi juga telah mengganggu program Sumsel Mandiri Pangan yang digaungkan Gubernur Sumsel untuk meningkatkan produktifitas pertanian agar tidak terjadi kelangkaan pangan di tengah masyarakat, dan menciderai visi Bupati dalam mewujudkan OKU Timur maju lebih mulia karena dikalangan petani terjadi lonjakan biaya dalam budidaya tanaman.( Novri )